Palem Permai, Bandung, 11.11.2012.
Udara pagi Bandung membuatku masih betah meringkuk dalam selimut tebal. Namun suara celoteh Shazia, sudah ramai terdengar dari ruang tengah. Akhirnya rasa malas bergerak terkalahkan oleh rasa kangen untuk bermain dan ngobrol dengan si neng geulis ini. Kusingkap selimut, lalu mencuci muka sambil menahan dingin air kran.
Hmm…aku mencium wangi kopi dari ruang meja makan. Hehe..rupanya pagi ini aku mendapat secangkir kopi gratis dari Abinya Shaz yang mendadak jadi barista. Bunda Iroy sudah menyiapkan sarapan dengan menu Padangnya. Sementara Kak Sil sudah di meja makan, sibuk dengan dendeng, lemper ayam, plus kopi di cangkir besarnya.
Di Bandung kok menu Padang? Mana bubur ayam Mang Oyo-nya? Jangan tanya, duduk dan makan saja semua yang ada :)
Namanya Silvi Pitriani, Kak Sil begitu biasanya aku memanggil. Dia adalah tetangga sebelah kamar kosan, yang semalam baru saja menculikku. Tepatnya untuk menemaninya nyupir ke airport, menjemput temannya yaitu Bu Nareema dan Sharon yang datang dari KL. Subuh tadi kami baru saja sampai di rumahnya, setelah acara macet di perjalanan Jakarta-Bandung. Di ruang tengah, Shazia yang masih asyik menari-nari di depan televisi.
Pandanganku tertuju pada sebuah lemari kaca besar yang penuh dengan pernak-pernik unik. Langkahku makin mendekat, lalu berhenti, dan memperhatikan pajangan di lemari. Banyak sekali item di dalamnya dengan beraneka bentuk. Magnet kulkas, gantungan kunci, pembuka botol, hiasan kristal, miniatur pesawat dari berbagai maskapai, asbak, boneka kecil, sampai hiasan keramik dengan penyangga kayu. Dubai, Australia, Jepang, Thailand, Turki. Berbagai miniatur seperti Twin Tower, kincir angin, klompen, Blue Mosque, menara Eifel, dan masih banyak lagi. Souvenir dan buah tangan dari berbagai negara itu seperti maket dunia yang berada di balik lemari. Tinggal membayangkan berada di atas karpet terbang ajaib, siap menjelajah dan melintasi negara di berbagai benua dengan semua imaji.
Satu benda saja yang kutunjuk dan menanyakannya ke Kak Sil, seperti sebuah shortcut yang memaparkan rangkaian cerita di balik negara itu. Dari tata kota, landmark, sistem transportasi, makanan dan tentu saja tempat belanja, semua lengkap diceritakan. Bagian ini yang paling kusuka, seperti anak kecil yang sedang mendengar dongeng tentang wonderland. Dan yang sangat mengagumkan adalah ketika aku mendapatkan coklat Milka, bumbu Tom Yam, tas Naraya, jarum pentul anti karat, pernak-pernik jepit kayu ‘Toronto’, sampai sale sepatu Vincci dengan harga yang cukup menggiurkan. Kalap..hahaha.
Semuanya menyenangkan dari detail ceritanya. Aku belajar banyak dari setiap cerita perjalanan. Bukan masalah di luar negeri yang membuat seru tiap cerita, tapi bagaimana menikmati setiap hal-hal baru yang ditemui. Traveling memang perjalanan tentang menemukan. Uniknya, penyumbang isi dari lemari ini adalah seluruh anggota keluarganya Kak Sil. Konon mulai dikumpulkan dari jaman Jambore Internasional yang pernah diikuti, sampe dengan sibuk mondar-mandir untuk kepentingan business trip. Dari bentuk souvenir yang masih sederhana , sampai yang paling baru dari negara yang dikunjungi.
Aku cuma bisa membayangkan dan bertanya dalam hati.
“Seperti apa ya jika aku diberi kesempatan suatu hari nanti? Negara mana yang pertama kelak akan kukunjungi?”
Semoga bukan karena latah dengan banyaknya teman-teman yang bepergian ke luar negeri. Bukan juga terobsesi dengan jumlah atau kuantitas negara yang bisa didatangi. Memang ada prestige tersendiri dari penilaian masyarakat ketika bisa menjejakkan kaki dan berfoto dengan background luar negeri. Tapi aku ingin mendatanginya karena mimpi dan keinginan kuatku yang membuatku kesana. Seperti halnya yang pernah kulakukan bareng dengan Kak Sil. Mengejar sun rise Gunung Bromo, menikmati laguna di Pulau Sempu, melipir sepanjang Malioboro Jogjakarta, snorkeling di Karimun Jawa, sampai terakhir cooking class di Ubud Bali. Semua ala traveler dhuafa dengan budget cekak yang dikumpulkan jauh-jauh hari sebelum bepergian. Semuanya berkesan, karena setiap bertemu dengan keindahan, semakin merasa kecil dengan kebesaran ya Rabb-ku.
Mengintip isi di balik lemari kaca |
Traveling – it offers
you a hundred of roads to adventure and gives your heart wings
Ibn. Battuta
Comments
Post a Comment