Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2012

When I See You Smile

Sometimes I wonder  How I'd ever make it through,  Through this world without having you  I just wouldn't have a clue  ** Petikan gitar dan bait-bait awal lagu, mencuri perhatianku dari pemandangan jalan yang kulihat di jendela, ke arah suara berasal. Aku ada dibangku dekat dengan pintu belakang, di dalam metromini 640.  Terlihat jelas bagaimana ekspresi mukanya. Jauh beda dengan pengamen jalanan biasanya. Tampilannya bersih dan rapi. Mengenakan kemeja kotak-kotak hitam dan hijau, menutupi kaos oblong putih di dalamnya. Kulitnya putih bersih, dengan dandanan rambut dipotong cepak. Cakep untuk ukuran pengamen jalanan :D Sekilas mengingatkanku mirip dengan artis boyband Jordan Knight nya NKOTB jaman dahulu, yang suka kulihat di majalahnya Mbakku. Lagian ga mungkin juga kan nyasar di 640. Jamannya Smash  :P  Suaranya bagus, sedikit agak berat. Khas banget suara cowok. Pas dengan karakter lagu Bad English yang dibawain. Ngga kalah denga

Catatan Minggu ke 43

Pekerjaan selama satu minggu cukup aman terkendali. Informasi yang beredar, minggu depan bakal diadakan test dari vendor, semacam standarisasi dan acuan bareng buat OSS. Siap-siap saja :P  Sabtu 20 Oktober, 06.30 WIB  Dikejutkan oleh whatsapp dari Ayu yang kerasukan ide liar, konon nyaris membuatnya salto dan ngga bisa tidur lagi habis subuh. Dan diputuskan akan dibahas pas ketemuan hari Minggu. Lagi asyik perang comment, bau harum kari menguar di kosan. Tak salah lagi pelakunya adalah Kak Sil.  Okeh, sebagai bocorannya, dia adalah orang yang paling bisa dan sangat tau bagaimana menimbulkan minat masakku seketika. Jadi yang dilakukannya, hanya mengisi kulkas dengan bahan masakan, atau meng-eksekusi langsung seperti pagi ini. Masakan kali ini temanya masih ‘ Thai Food ’ dengan resep ‘ Red Curry ’. Aku baru tahu bahwa perbedaan ‘ Red dan Green Curry ’, terletak pada cabe yang digunakan sebagai bumbu. Bentuknya mirip sekali dengan gulai ayam khas Padang. Bedanya terle

Apa Motivasiku?

Sampai detik ini, aku masih memikirkan tentang motivasi terbesarku untuk menulis. Sesuatu yang menggerakkan, sehingga ada keinginan kuat untuk menulis.  Ada kejadian yang pada akhirnya membuatku berfikir. Kurang lebih sekitar setahun yang lalu. Seperti biasa ketika aku menanyakan kabar Mbakku via telp, dia menceritakan telah bertemu dengan salah satu guruku SD di dealer waktu servis motor.  “Nov, ditakokno Bu Cicik. Gurumu SD”, *1 Mbakku mengawali cerita.  “Saiki kerjo nang ndi? Jek seneng nulis rak? Sing mbiyen kae tau melu lomba ngarang” *2 Mbakku menirukan pertanyaan Bu Cicik yang diajukan padanya.  DEG…”Kok masih ingat ya…” bisikku dalam hati. Kejadian itu sudah belasan tahun yang lalu.  “Memangnya yang diingat banget tentang aku cuma lomba ngarang itu ya?” Sedikit merasa bersalah, karena aku sendiri telah lama melupakannya.  Sejenak pikiranku kembali melayang.  Sebenarnya hatiku berontak kalau ingat kejadian waktu SD. Saat itu, beliau m

Catatan Minggu ke 42

Kisah seminggu sebelumnya…  Tenggelam dalam radar Neptunus, menyaksikan akhir cerita Perahu Kertas 2. Yippii, suka banget dengan penggarapannya. Catatannya: bahwa karya dalam bentuk bahasa tertulis dengan visual memang berbeda. Jangan menyamakan bahwa sebuah film harus sama persis dengan cerita novel yang diadaptasi. Kedua versinya OK banget :D Hari berikutnya, gue ma Wenny berhasil ngabur ke Asemka. Kalap abis liat bros yang lucu dan murah meriah. Jadi ceritanya kami mau coba jual, dan rekomended banget pas tau harga grosirnya. Hajaarr… Wen!! Ahahaha, seru.  Di akhir minggu, Sabtu pagi tepatnya, barengan Ka Sil dan Riri menuju ke hotel Haris. Membakar kalori tepatnya dengan berenang. Akhirnya menemukan dan menikmati cara berenang yang lebih baik. Kalau selama ini gue berenang dengan tenaga ekstra, maka tidak lagi sepertinya untuk kedepannya. Maklum terkadang masih sedikit phobia dengan kedalaman kolam. Snorkeling di Karimun Jawa ternyata berdampak positif. Ngga

Tangan Terlatih

Tangan ini ternyata kurang terlatih. Belum lentur untuk menceritakan apa yang ada di kepala dalam bentuk tulisan. Semangat sudah membara, ide bahkan berlompatan secara liar. Tapi anehnya, tak ada satu kalimatpun yang tertulis. Tidak mudah ternyata mendekatkan tangan dengan otak. Semuanya butuh latihan. Konon para penulis papan atas, adalah orang yang paling lentur menggerakkan tangannya. Pandai menuangkan isi yang ada di kepalanya. Mahir meramu aksara dan kata. Fasih dalam menakar komposisi kata. Daya pikat tulisannya seolah magnet yang menarik pembaca dengan cepat untuk menyelesaikan tiap halamannya.   'Pelukis yang baik bisa mengungkapkan semuanya, termasuk kekosongan sekalipun.'  - Dee, Perahu Kertas.   Seharusnya begitu juga dengan menulis :) *Sebagai pengingat, agar tangan ini menjadi terlatih

Ooh... 640 Ku Malang

Udara gerah sekali pagi ini. Kulihat jam tangan menunjukkan pukul 08.40 WIB. Agak ragu sebenarnya hari ini untuk berangkat ke kantor. Semenjak diumumkannya akan ada demo buruh besar-besaran. Terbayang akan suntuk selama di perjalanan. Mau tak mau, imbas macet adalah hal yang tak bisa dielakkan lagi.  Pagi ini sebelum demo dimulai saja, kemacetan jalan sudah menghadang. Metromini 640 arah Tanah Abang yang kunaiki, sibuk berpindah dari jalur umum jalan raya ke jalur busway. Naik turun melewati separator busway bukan hal yang membuatku nyaman. Belum lagi bulir keringat yang sudah mulai membasahi tubuh. Bukan Jakarta kalau tidak begini situasinya.  Gedung Jamsostek di Gatot Subroto sudah nampak di depan. Saatnya untuk membayar ongkos metromini ke abang supirnya. Berhubung tidak ada kernet, mau tidak mau harus berjalan ke depan langsung bayar pada supirnya. Di jembatan penyeberangan di sinilah biasanya banyak penumpang yang akan turun. Ketika hendak membayar ongkos, dari bela

Postingan Pembatas

Tulisan dalam postingan kali ini adalah sebagai tanda atau pembatas. Langkah awal bahwa aku tidak hanya mengumpulkan dan mencatat ide yang berlompatan saja. Tapi aku ingin membuat ide-ide itu menjadi lebih terstruktur, sehingga ada nyawa dalam setiap tulisan.  Bukti bahwa aku bukan hanya sekedar menulis untuk memaparkan hal-hal yang telah kulalui saat ini. Aku telah memutuskan diri untuk menjalaninya dengan serius. Ini memang semacam pencarian jati diri dalam berkarya. Kelak akan berevolusi seperti apakah tulisan-tulisan dalam blog ini ? Aku harus bisa menulis fiksi. Belajar bagaimana caranya menangkap ide. Bermain dengan karakter penokohan, mengatur plot, dan klimaks konflik di dalamnya. Akankah aku akan jatuh hati dengan tokoh yang kureka dan kumainkan sendiri kisahnya. Seandainya gagal, setidaknya dalam non-fiksi, semua upayaku kelak akan menjadi amunisi jika ternyata memang aku tidak terlalu pandai dalam berimajinasi.  Pikiranku sangat menggebu-ge