Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2012

Cerita Kopi dalam Cangkir

15 Desember 2012 Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Rasuna Said Kuningan.  Sebuah opening dalam acara SuksesMulia EnterTRAINment. Sosok lelaki multi talent , Indrawan Nugroho, berdiri di atas panggung. Ruangan gelap, hanya lampu sorot panggung yang meneranginya. Mengisahkan cerita tentang kopi dan cangkir sebagai wadahnya.  Bermula dari beberapa pemuda yang berkeinginan untuk mengunjungi Profesornya. Di rumahnya, mereka disambut sangat ramah. Satu per satu mulai menceritakan berbagai hal yang sudah dilaluinya. Mulai dari pekerjaan, pencapaian, prestasi, masalah hidup, ketakutan, kebimbangan, kesedihan dan lainnya.  Sambil menunggu semua giliran bercerita, profesornya menuju ke dapur. Ia hendak menyiapkan kopi. Di atas nampan diletakkan beberapa cangkir. Satu cangkir sengaja dilebihkan, dari jumlah total tamu yang ada. Cangkirnya pun bermacam-macam. Ada yang terbuat dari keramik yang mahal, sampai dengan yang paling sederhana. Kopi di taruh dalam sebuah teko. Ke

Minggu Membiru

Minggu siang kemarin, sengaja pergi ke Leksika Kalibata. Antri buku gratis. Ternyata sedang tidak beruntung. Aku datang tepat di antrian ke-16, sementara jumlah buku gratis yang dibagikan 15. Padahal jam 13:00, saat buku dibagikan masih kurang lima belas menit lagi. Akhirnya mundur teratur dan bergerak menuju rak buku lainnya. Semua bermula dari pameran buku yang berada di dekat pintu masuk Kalibata City Square. Tertarik dengan iming-iming beli 3 gratis 1. Bahkan 4 judul buku sudah masuk dalam list. Ketika sampai, ternyata antrian sudah panjang.  Sampai di rak depan, dua buku sudah di tangan. Bukunya masih rapi terbungkus sampul plastik. Belum ada yang dibuka. Jadi aku mengandalkan isi dengan membaca referensi di sampul belakangnya. Semacam ada magnet besar yang mendorong untuk segera membawa ke kasir. Empat judul buku sebelumnya terlupakan sementara. Alasan keuangan tepatnya. Demi memuaskan rasa penasaran, akhirnya kaki melangkah ke Teras Kuliner. Senangnya, dengan tempat

Dunia di Balik Lemari Kaca

Palem Permai, Bandung, 11.11.2012.  Udara pagi Bandung membuatku masih betah meringkuk dalam selimut tebal. Namun suara celoteh Shazia, sudah ramai terdengar dari ruang tengah. Akhirnya rasa malas bergerak terkalahkan oleh rasa kangen untuk bermain dan ngobrol dengan si neng geulis ini. Kusingkap selimut, lalu mencuci muka sambil menahan dingin air kran.  Hmm…aku mencium wangi kopi dari ruang meja makan. Hehe..rupanya pagi ini aku mendapat secangkir kopi gratis dari Abinya Shaz yang mendadak jadi barista. Bunda Iroy sudah menyiapkan sarapan dengan menu Padangnya. Sementara Kak Sil sudah di meja makan, sibuk dengan dendeng, lemper ayam, plus kopi di cangkir besarnya.  Di Bandung kok menu Padang? Mana bubur ayam Mang Oyo-nya? Jangan tanya, duduk dan makan saja semua yang ada :) Namanya Silvi Pitriani, Kak Sil begitu biasanya aku memanggil. Dia adalah tetangga sebelah kamar kosan, yang semalam baru saja menculikku. Tepatnya untuk menemaninya nyupir ke airport, men

Combro Level 10

Selamat pagi Jakarta.  Aku tak melihat matahari pagi ini. Mendung menemani selama perjalanan ke kantor. Selaras dengan kondisi badanku yang tidak begitu sehat. Nampaknya hujan sedang klimaks di awal bulan Desember. Bahkan setiap jam pulang kantor pun bisa dipastikan meluangkan waktu, sekedar berteduh menunggu hujan reda. Macet sepanjang perjalanan, bisa dipastikan terjadi. Otomatis perjalanan pulang juga jadi lebih lama. Cukup melelahkan. Jadi jangan membayangkan bagaimana seandainya hujan salju turun di Jakarta. Hujan air saja sudah cukup. Cukup merepotkan maksudnya :) Tenang saja, hanya protes sesaat kok. Aku tahu begitu banyak orang yang bersyukur dan menunggu hujan ini. Hujan yang akan menghijaukan kembali sawah-sawah yang sempat kering di musim kemarau kemarin.  ***  Teh hangat manis belum mampu membuatku bersemangat. Bahkan mata masih terasa berat untuk menatap layar komputer. Sementara query raw data dari server seperti tak bergerak. Terasa lambat. Sep

Pelangi Natasya

Warung mas Boy, Pleburan Semarang  Tempat menikmati PeLaNgi NaTaSya (temPe Lalapan kemaNgi, Nasi Tahu Syambal). Begitu mas Boy menamai menu makanannya. Ditemani dengan kepulan nasi hangat, benar-benar menghangatkan suasana tenda warung makan pinggir jalan, layaknya keluarga. Menghilangkan rasa penat, sekaligus lapar setelah seharian sibuk dengan tumpukan pekerjaan.  Tempat yang menjadi saksi saat Tio sedang tidak fit karena kecapean. Mas Aji ditengah kegalauan dan cemas mempersiapan pernikahannya. Wenny yang masih susah membendung rasa kangen dengan keluarga, Ucup harus berjauhan dengan pacar, karena ini adalah pertama kalinya mereka hidup di luar kota. Cukup jauh dari Depok. Aku sendiri, larut dengan suasana dan ingin merangkainya dalam cerita.  Saat pesanan makanan tiba, datanglah lelaki yang sudah tua. Wajah sayu dengan rambut yang sudah memutih. Kerutan di kulitnya menunjukkan banyaknya waktu yang sudah dilaluinya dalam hidup ini. Kurang lebih 60 tahun umurnya.

Bermain Ular Tangga

Aku memang sedang tidak baik-baik saja. Tidak mau menyebutnya sebagai kegagalan juga. Ini adalah tentang semangat menulisku yang tiba-tiba drop. Seperti cerita postingan sebelumnya, pada akhirnya aku tidak jadi mengikuti lomba menulis cerpen yang bertema ‘ creative comedy ’.  Mengapa? Sudah tidak komitkah dengan janji terhadap diri sendiri?  Berkali-kali aku sudah mencobanya. Mulai dari mengadaptasi becandaan anak-anak OSS yang memang gokil, sampai mencoba memancing dari beberapa referensi cerita lucu. Hasilnya nihil. Bukan tidak lucu sih, tapi kok nggak nyaman ya dengan tulisan sendiri. Bukan ide original yang muncul dari kepala. Seperti bukan diri sendiri dan tulisan serasa tidak bernyawa…halah! Berhubung tidak enjoy, akhirnya setiap menulis tidak pernah selesai. Cuma bisa setengahnya saja dari yang ditentukan. Yah, sudahlah…  Ada hal lain yang sedang mencuri perhatianku. Pas banget lagi momentnya. Sempat membuat resah. Terus memikirkannya sepanjang perjalanan di t