Ku buka pintu gerbang kosan Bunda. Seketika bunyi batu kerikil mengikuti setiap langkah yang ku jejakkan. Aku pun duduk di atas kursi bambu panjang yang terletak persis di depan kamar. Malas rasanya masuk ke kamar karena badan masih gerah. Kudengar panggilan Ririe dan Cepi dari lantai atas. Segera aku berhenti membaca buku yang masih ada di tangan dan bergegas menaiki anak tangga. Aiihh...baik sekali mereka. Ternyata teh hangat manis dalam mug warna putih sengaja dibuat untukku. Yup, tadi aku memang sempat nitip ketika mereka keluar hendak mencari makan malam. Namun titipanku dimentahkan begitu saja dengan alasan toh masih bisa bikin sendiri kalau hanya sekedar teh hangat manis. Dasarr...tapi aku tahu mereka tidak ada maksud jelek selain hanya mengejek seperti biasa. Badanku memang sedang malas untuk bergerak, bahkan hanya untuk merebus air pun. Sementara di hari Minggu kemarin aku masih kalap memasak dengan tiga resep sekaligus secara maraton. Suatu keadaan yang sangat kontr
Menikmati hari ini sambil terus merajut cerita diri