Travel itinerary udah gue terima by email.
Deal untuk ambil paket 4H3M, 4 hari 3 malam, setelah bahas schedule dan nanya sana sini.Gue, ka Sil, mba Janna ma mba Menik, lets go..ready for vacation.
Abis subuh, tanggal 2 Agustus 2009, gue ma ka Sil berangkat dari kosan menuju Sukarno-Hatta airport, coz pesawat kita bakal take off jam 06.50 AM. Di bandara, mba Menik ma mba Janna sudah nugguin. Akhirnya kita menuju lantai 2 terminal 3 setelah sebelumnya chek in, bayar airport tax, dan sarapan tentunya. Oh nooo...kita berempat akhirnya lari setelah terdengar “last call” pesawat Air Esia tujuan Surabaya, menuju ke bis yang akan membawa kita ke pesawat.
Jam 8.10 an kita sudah nyampe di Juanda Airport. Yup...saatnya buat muter-muter kota Surabaya. Engga afdol kalo dah nyampe sini ga foto di depan patung ikan Suro dan buaya, yang letaknya di depan Surabaya Zoo. Cuaca yang cukup terik tak menyurutkan niat untuk tetap narsis.
Setelah muter dalam kota, saatnya untuk menjajal jembatan Suramadu. Jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia. Dengan panjang kurang lebih 6 km, jembatan ini konon merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Cukup OKE...dengan tiang2 besi yang menjulang. Kita jalan dengan kecepatan mobil 80 km/jam. Di sisi kanan kiri jembatan, bentangan laut yang indah. Yang lewat di jembatan ini juga kendaraan2 pribadi plus bus, dan sepeda motor dengan jalur yang terpisah. Sementara truk2 gede, ya nyebrang pake kapal lah.
Waktu nyampe di Maduranya, di sepanjang jalan banyak dijual layang2. Gue ma mba Menik beli, dengan gambar orang madura jualan sate. “Yok opo iki rek”...hihihihi. Oh ya catetan : based on info dari drivernya, kalo mo maksimalin trial jembatan ini, ke Maduranya nyeberang pake feri dulu trus baliknya pake mobil. Jadi bisa liat jembatannya dari laut, trus baliknya baru deh lewatin di atasnya.
Trus di Maduranya juga banyak pantai yang bagus. Kalo biasanya pinggirnya pohon kelapa, disana pinggiran pantai ditumbuhi pohon cemara. Jadi harum pohon cemara..hihi kaya iklan obat pel aja. Sedihnya karena info itu kita dapet pas otw ke bandara mo balik Jakarta. Next time kali ya...
Setelah makan siang dengan menu bebek goreng, kita langsung lanjut menuju Malang. Yup, mo merasakan hawa dinginnya setelah merasakan teriknya matahari di Surabaya. Di tengah perjalanan, kita nyempetin diri berhenti di Porong untuk melihat lumpur Lapindo secara langsung. Tadinya emang mo foto2, cuma akhirnya niat tersebut kita urungkan. Engga tega aja liatnya. Bau gas yang menyengat, dengan di sekelilingnya yang dibatasi tanggul2 yang tinggi sebagai penahan. Menjual DVD tentang peristiwaitu sndiri dan tukang ojek yang nawarin jasa untuk muter di sekeliling tanggul, merupakan mata pencaharian untuk tetap bisa survive setelah harta benda mereka terkubur bersama lumpur. Yaa..fenomena yang menyadihkan. Kita ngga terlalu lama disana dan segera turun otw to malang.
Cuaca mendung menyelimuti kota Malang...bbrrrrr, makin dingin aja. Yup langsung menuju ke baso President yang tempatnya di pinggir rel kereta yang terkenal itu. Baru deh kemudian kita menuju ke Helios Tour + hotel di Jalan Patimura 37 Malang. Di halaman depannya sudah terparkir landrover warna putih, “hmm...tar ke Bromonya naek ini kali ya”. Setelah nanya sana sini dan liat foto2, kita sepakat ambil paket Bromo-Savana-Coban Pelangi-Tumpang-Malang. Paket2 wisata yang ditawarkan memang sifatnya adventure semua, termasuk Pulau Sempu yang masuk list kita. Ada juga kawah Ijen yang bagus banget. Kalau yang satu ini jarang diminati domestic melainkan bule2 yang doyan tracking dengan medan yang sangat berat.
Kamar hotelnya cukup nyaman, yang penting ada air anget buat mandi. Namanya juga mo adventure, ga perlu hotel berbintang kan...xixixi. Barusan dapat info juga kalau kita mesti siap2 berangkat jam 01.30 AM. See...tul kan…
Bukannya ga mo backpacker sekalian untuk mengadu adrenalin, masalahnya kita berempat cewe smua. So guide wajiblah hukumnya, mengingat segepok file yang sudah disiapkan dan diprint out Ka Sil untuk menemani perjalanan kita. Kebayang bakal bawel mengeksplore semua info yang kita dapatnkan dari blog2 tetangga..hehe.
Landrovernya cukup besar sehingga kita lebih leluasa di dalamnya. Untuk nyampe Pananjakan sebagai point of view untuk melihat sun rise, kita butuh waktu dua setengah jam perjalanan. Jalan yang berkelok, gelap dan menanjak, merupakan medan yang wajib kita tempuh di pagi buta demi indahnya sun rise yang bakal kita lihat. Gue rasa emang driver yang berpengalaman + kendaraan khusus sejenis jeep yang mampu membawa kita sampai kesana.
Begitu nyampe Pananjakan dinginnya bener-bener engga ketulungan. Gue dah pake jaket dobel masih ga mempan, sementara yang laen dah ready dengan winter jacketnya yang super duper tebel. Hmm... ga da pilihan laen, gue harus sewa jacket yang tebalnya sama seperti yang dipake bule2 itu...haha. Disepanjang jalan menuju point of viewnya memang banyak disewakan jaket dan kedai-kedai kopi+tungku lengkap dengan baranya sekedar untuk menghangatkan badan. Syal, kaos kaki, kaos tangan..hmm kumplit dah.
Gue menaiki anak tangga sambil menggigil dengan kaki gemetaran menahan dingin. Sampai juga kita di depan pager pembatas view point. Telat sedikit saja mungkin kita ga akan dapet tempat, sementara dikanan dan kiri kita para bule, lengkap dengan kamera dan trimpotnya yntuk mengabadikan moment ini. Gue ma mba Menik gantian menjaga tempat posisi kita berdiri sambil menunggu mba Janna dan ka Sil gantian sholat subuh. Bad news, kabut turun..jadinya kehalang deh...sediihhh, kabutnya ga beranjak pergi. Akhirnya emang kita belum beruntung untuk bisa liat sunrise nya. Hiihh..sebeel!!
Akhirnya kita turun dan otw ke kawah Gunung Bromo. Kita sempet brenti di pinggir jalan untuk mengabadikan gunung Bromo yang sudah mulai terlihat, lengkap dengan sinar matahari yang mulai memancar dan kabut yang juga belum sepenuhnya hilang. Perjalanan menuju kaki Bromo dipenuhi dengan lautan pasir. Sesi foto gada brentinya dah. “Sabar ya mas2 driver + guide, namanya juga cewe”...bukan kita yang mati gaya, cuma gunung Bromo-nya yang eneg liat kita karena banyak gaya..xixixi
Setelah menerima kartu dari guide berisi nama kuda yang mesti dinaiki, kita menuju anak tangga yang menuju kawah dengan jumlah kurang lebih 200 an undakan. Bau belerang sudah mulai tercium dan sempet membuat gue agak sedikit susah bernafas sembari terus menaiki anak tangga.
Sampai juga kita bibir kawah, terlihat jelas kepulan asap yang berasal dari dasar kawah. Pemandangan yang sangat indah dari atas, hamparan lautan pasir dengan hawa yang dingin, terlihat pula pura kecil yang biasa digunakan masyarakat tengger untuk upacara Kesodo.
Setelah puas, kita turun dan kembali menaiki kuda. Haha..gue sempet teriak, antara takut dan seneng karena keseimbangan tubuh gue udah mulai limbung dan ga beres. Kudanya lari beneran booo...yup karena jalanan turun dan kontur yang ngga rata dan berbatu. Si Bapaknya menyuruh gue untuk memegang erat tali kekangnya…yihaa. Dengan sedikit rasa deg-degan yang masih bersisa, tetep dunk yang namanya narsis...foto berempat ala coboy dengan kuda gue yang imut alias mungil. Hehe, engga banget deh, abis gimana ya... badan gue yang paling imut diantara yang lain jadi kudanya juga gitu deh.
Selanjutnya kita akan meneruskan petualangan kita dengan mengarungi lautan pasir. Sempet nervous karena Landrovernya kejebak dalam pasir. Akhirnya kita berhenti untuk nge-teh anget, rileks sebentar. Baru sekali ini dalam hidup gue, nge-teh di tengah lautan pasir...Subhanallah, really beautiful indeed.
Next, setelah lautan pasir, hamparan selanjutnya mulai ditumbuhi dengan rumput yang terlihat kecoklatan kerana mengering. Yup, Savana. Dikanan kiri terdapat bukit yang bentuknya mirip seperti dalam opening teletubbies…”berpelukan” hihi. Jalanan mulai naik menanjak dengan kebun sayur yang terlihat di lereng yang curam. Kita memasuki perkampungan suku Tengger dimana khas penduduknya adalah memakai sarung sebagai penahan dingin.
Perjalanan berikutnya menuju ke air terjun Coban Pelangi. Dengan sisa2 tenaga, kita menyusuri jalan bebatuan dan menyeberangi jembatan bambu. Segeerrr banget, liat air setelah sebelumnya bergumul dengan pasir dan bau belerang.
Akhirnya kita balik menuju Malang. Lemesss...dan yang pasti laperrr, kita makan nasi pecel lengkap dengan peyek terinya..enaaakk banget, cuma 4000 rupiah. Additional menunya telor ceplok+ teh anget manis. Coba kalau warungnya bisa dipindah ke Jakarta, mauuuu+banget. Nyampe hotel jam 1 siang, mandi + keramas bersihin sisa pasir yang menempel, blek..zzzzzz...terkapar sudah kita, begitu juga dengan kamar sebelah, mba Menik dan mba Janna.
Setelah agak segeran, sorenya kita lanjut kuliner makan Baso Bakar+ beli buah2an yang sudah dijadiin keripik di daerah Batu. Ada keripik nangka, salak, nanas, sari buah apel juga. Mauuu??
Day 3- Sempu Island
Jam 05.30 dari penginapan, kita berangkat menuju Pulau Sempu, daerah paling selatan kota Malang. Kita berhenti sebentar di daerah Turen untuk sarapan dengan menu Rawon dan tempe goreng, ajip lah poko'y.
Jam 09.00 kita mulai nyeberang menuju Sempu setelah sebelumnya menunggu kapal nelayan yang akan mengantar kita, dan mengurus ijin di pos penjagaan di Sendang Biru. Penyeberangan ke Sempu sekitar 15 menit, dengan pemandangan TPI dan perahu nelayan yang berjajar di pinggir pantai, pemandangan laut lepas, dan tumbuhan bakau disepanjang arah menuju sempu.
Menyusuri hutan bakau seperti sedang membayangkan berada di sungai2 pedalaman Kalimantan....haha, stop ngayalnya karena tracking menuju segara Anakan segera dimulai.
Kata guidenya, kalo standart tracking bule 30-45 menit, sementara domestik 1,5 jam+istirahat. Tapi kita bisa sejam tanpa berhenti, dengan susah payah yang amat sangat, mengingat jalan dihutannya licin dan lembab. Jadi kita harus berpijak diatas akar pohon yang gede dan pegangan ranting, agar tidak terpeleset. Hutan yang rimbun dan agak gelap cukup membantu sehingga kita tidak terlalu capek karena kepanasan.
Suara deburan ombak laut makin terdengar. Ini membuat kita semakin cepat melangkahkan kaki. Kicauan burung dan air sangat jernih di sepanjang akhir rute tracking membuat makin penasaran abis...hub..hub melompati tebing, daannn...pasir putih. Iya, kita udah sampai...waaaa, bagus banget.
Telaga kecil yang dikelilingi batu karang tinggi yang membatasi dengan laut lepas. Lagoon yang cantik, dengan hole di tebing karangnya, yang berfungsi sebagai suplay airnya. Bener-bener tempat yang cocok untuk melepas penat. Saatnya berenang, maen di pasir putih, dengerin kicauan burung...poko'y judulnya "Sea..Sand..Sun" abis deh. Berasa seperti privete island. Jadi inget "The Beach"nya Leonardo de Caprio..hihi. Ya nih, Phi Phi islandnya Indonesia. Ga kalah bagus ma di Bali, bedanya mungkin disana lebih hedon kali ya (baca: takut mati gaya kesaing ma bule dan ga da budget buat shoping, wkwkwk).
Setelah puas berenang dan ganti baju, selanjutnya kita akan menaiki batu karang yang mengitari lagun melihat laut lepas dengan deburan ombak yang sangat keras. Tebing-tebing raksasa dan gelombang laut yang besar. Dari atas sini kita bisa melihat lagun atau segara anakan dengan view yang lebih bagus lagi.
Setelah puas, kita balik, daann…tracking lagi sambil menunggu perahu nelayan yang akan menjemput kita. Sesampainya di tepi, dan rasa lapar yang amat sangat, kita makan siang dengan Tuna bakar. On the way balik ke penginapan, sampai disana jam 7 malam. Mandi air anget, packiiiiinnggg, besok balik ke Jakarta dengan penerbangan jam 14.45. Tetep… mampir daerah Gempol nyari oleh2 dan makan siang di Sidoharjo.
Sebenarnya planning buat liburan ini sudah lama. So diriku sudah menabung jauh2 hari buat moment ini. Waktu itu cuma pengen ke Bromo lagi. Setelah searching + liat blog orang sana sini, kayak'y liburan bakal kumplit coz P.Sempu masuk dalam list. Lom pernah denger sebelumnya, cuma pas liat fotonya..kereeenn banget, ada lagoon indah.
Abis subuh, tanggal 2 Agustus 2009, gue ma ka Sil berangkat dari kosan menuju Sukarno-Hatta airport, coz pesawat kita bakal take off jam 06.50 AM. Di bandara, mba Menik ma mba Janna sudah nugguin. Akhirnya kita menuju lantai 2 terminal 3 setelah sebelumnya chek in, bayar airport tax, dan sarapan tentunya. Oh nooo...kita berempat akhirnya lari setelah terdengar “last call” pesawat Air Esia tujuan Surabaya, menuju ke bis yang akan membawa kita ke pesawat.
Jam 8.10 an kita sudah nyampe di Juanda Airport. Yup...saatnya buat muter-muter kota Surabaya. Engga afdol kalo dah nyampe sini ga foto di depan patung ikan Suro dan buaya, yang letaknya di depan Surabaya Zoo. Cuaca yang cukup terik tak menyurutkan niat untuk tetap narsis.
Setelah muter dalam kota, saatnya untuk menjajal jembatan Suramadu. Jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia. Dengan panjang kurang lebih 6 km, jembatan ini konon merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Cukup OKE...dengan tiang2 besi yang menjulang. Kita jalan dengan kecepatan mobil 80 km/jam. Di sisi kanan kiri jembatan, bentangan laut yang indah. Yang lewat di jembatan ini juga kendaraan2 pribadi plus bus, dan sepeda motor dengan jalur yang terpisah. Sementara truk2 gede, ya nyebrang pake kapal lah.
Waktu nyampe di Maduranya, di sepanjang jalan banyak dijual layang2. Gue ma mba Menik beli, dengan gambar orang madura jualan sate. “Yok opo iki rek”...hihihihi. Oh ya catetan : based on info dari drivernya, kalo mo maksimalin trial jembatan ini, ke Maduranya nyeberang pake feri dulu trus baliknya pake mobil. Jadi bisa liat jembatannya dari laut, trus baliknya baru deh lewatin di atasnya.
Trus di Maduranya juga banyak pantai yang bagus. Kalo biasanya pinggirnya pohon kelapa, disana pinggiran pantai ditumbuhi pohon cemara. Jadi harum pohon cemara..hihi kaya iklan obat pel aja. Sedihnya karena info itu kita dapet pas otw ke bandara mo balik Jakarta. Next time kali ya...
Setelah makan siang dengan menu bebek goreng, kita langsung lanjut menuju Malang. Yup, mo merasakan hawa dinginnya setelah merasakan teriknya matahari di Surabaya. Di tengah perjalanan, kita nyempetin diri berhenti di Porong untuk melihat lumpur Lapindo secara langsung. Tadinya emang mo foto2, cuma akhirnya niat tersebut kita urungkan. Engga tega aja liatnya. Bau gas yang menyengat, dengan di sekelilingnya yang dibatasi tanggul2 yang tinggi sebagai penahan. Menjual DVD tentang peristiwaitu sndiri dan tukang ojek yang nawarin jasa untuk muter di sekeliling tanggul, merupakan mata pencaharian untuk tetap bisa survive setelah harta benda mereka terkubur bersama lumpur. Yaa..fenomena yang menyadihkan. Kita ngga terlalu lama disana dan segera turun otw to malang.
Cuaca mendung menyelimuti kota Malang...bbrrrrr, makin dingin aja. Yup langsung menuju ke baso President yang tempatnya di pinggir rel kereta yang terkenal itu. Baru deh kemudian kita menuju ke Helios Tour + hotel di Jalan Patimura 37 Malang. Di halaman depannya sudah terparkir landrover warna putih, “hmm...tar ke Bromonya naek ini kali ya”. Setelah nanya sana sini dan liat foto2, kita sepakat ambil paket Bromo-Savana-Coban Pelangi-Tumpang-Malang. Paket2 wisata yang ditawarkan memang sifatnya adventure semua, termasuk Pulau Sempu yang masuk list kita. Ada juga kawah Ijen yang bagus banget. Kalau yang satu ini jarang diminati domestic melainkan bule2 yang doyan tracking dengan medan yang sangat berat.
Kamar hotelnya cukup nyaman, yang penting ada air anget buat mandi. Namanya juga mo adventure, ga perlu hotel berbintang kan...xixixi. Barusan dapat info juga kalau kita mesti siap2 berangkat jam 01.30 AM. See...tul kan…
Bukannya ga mo backpacker sekalian untuk mengadu adrenalin, masalahnya kita berempat cewe smua. So guide wajiblah hukumnya, mengingat segepok file yang sudah disiapkan dan diprint out Ka Sil untuk menemani perjalanan kita. Kebayang bakal bawel mengeksplore semua info yang kita dapatnkan dari blog2 tetangga..hehe.
Landrovernya cukup besar sehingga kita lebih leluasa di dalamnya. Untuk nyampe Pananjakan sebagai point of view untuk melihat sun rise, kita butuh waktu dua setengah jam perjalanan. Jalan yang berkelok, gelap dan menanjak, merupakan medan yang wajib kita tempuh di pagi buta demi indahnya sun rise yang bakal kita lihat. Gue rasa emang driver yang berpengalaman + kendaraan khusus sejenis jeep yang mampu membawa kita sampai kesana.
Begitu nyampe Pananjakan dinginnya bener-bener engga ketulungan. Gue dah pake jaket dobel masih ga mempan, sementara yang laen dah ready dengan winter jacketnya yang super duper tebel. Hmm... ga da pilihan laen, gue harus sewa jacket yang tebalnya sama seperti yang dipake bule2 itu...haha. Disepanjang jalan menuju point of viewnya memang banyak disewakan jaket dan kedai-kedai kopi+tungku lengkap dengan baranya sekedar untuk menghangatkan badan. Syal, kaos kaki, kaos tangan..hmm kumplit dah.
Gue menaiki anak tangga sambil menggigil dengan kaki gemetaran menahan dingin. Sampai juga kita di depan pager pembatas view point. Telat sedikit saja mungkin kita ga akan dapet tempat, sementara dikanan dan kiri kita para bule, lengkap dengan kamera dan trimpotnya yntuk mengabadikan moment ini. Gue ma mba Menik gantian menjaga tempat posisi kita berdiri sambil menunggu mba Janna dan ka Sil gantian sholat subuh. Bad news, kabut turun..jadinya kehalang deh...sediihhh, kabutnya ga beranjak pergi. Akhirnya emang kita belum beruntung untuk bisa liat sunrise nya. Hiihh..sebeel!!
Akhirnya kita turun dan otw ke kawah Gunung Bromo. Kita sempet brenti di pinggir jalan untuk mengabadikan gunung Bromo yang sudah mulai terlihat, lengkap dengan sinar matahari yang mulai memancar dan kabut yang juga belum sepenuhnya hilang. Perjalanan menuju kaki Bromo dipenuhi dengan lautan pasir. Sesi foto gada brentinya dah. “Sabar ya mas2 driver + guide, namanya juga cewe”...bukan kita yang mati gaya, cuma gunung Bromo-nya yang eneg liat kita karena banyak gaya..xixixi
Setelah menerima kartu dari guide berisi nama kuda yang mesti dinaiki, kita menuju anak tangga yang menuju kawah dengan jumlah kurang lebih 200 an undakan. Bau belerang sudah mulai tercium dan sempet membuat gue agak sedikit susah bernafas sembari terus menaiki anak tangga.
Sampai juga kita bibir kawah, terlihat jelas kepulan asap yang berasal dari dasar kawah. Pemandangan yang sangat indah dari atas, hamparan lautan pasir dengan hawa yang dingin, terlihat pula pura kecil yang biasa digunakan masyarakat tengger untuk upacara Kesodo.
Setelah puas, kita turun dan kembali menaiki kuda. Haha..gue sempet teriak, antara takut dan seneng karena keseimbangan tubuh gue udah mulai limbung dan ga beres. Kudanya lari beneran booo...yup karena jalanan turun dan kontur yang ngga rata dan berbatu. Si Bapaknya menyuruh gue untuk memegang erat tali kekangnya…yihaa. Dengan sedikit rasa deg-degan yang masih bersisa, tetep dunk yang namanya narsis...foto berempat ala coboy dengan kuda gue yang imut alias mungil. Hehe, engga banget deh, abis gimana ya... badan gue yang paling imut diantara yang lain jadi kudanya juga gitu deh.
Selanjutnya kita akan meneruskan petualangan kita dengan mengarungi lautan pasir. Sempet nervous karena Landrovernya kejebak dalam pasir. Akhirnya kita berhenti untuk nge-teh anget, rileks sebentar. Baru sekali ini dalam hidup gue, nge-teh di tengah lautan pasir...Subhanallah, really beautiful indeed.
Next, setelah lautan pasir, hamparan selanjutnya mulai ditumbuhi dengan rumput yang terlihat kecoklatan kerana mengering. Yup, Savana. Dikanan kiri terdapat bukit yang bentuknya mirip seperti dalam opening teletubbies…”berpelukan” hihi. Jalanan mulai naik menanjak dengan kebun sayur yang terlihat di lereng yang curam. Kita memasuki perkampungan suku Tengger dimana khas penduduknya adalah memakai sarung sebagai penahan dingin.
Perjalanan berikutnya menuju ke air terjun Coban Pelangi. Dengan sisa2 tenaga, kita menyusuri jalan bebatuan dan menyeberangi jembatan bambu. Segeerrr banget, liat air setelah sebelumnya bergumul dengan pasir dan bau belerang.
Akhirnya kita balik menuju Malang. Lemesss...dan yang pasti laperrr, kita makan nasi pecel lengkap dengan peyek terinya..enaaakk banget, cuma 4000 rupiah. Additional menunya telor ceplok+ teh anget manis. Coba kalau warungnya bisa dipindah ke Jakarta, mauuuu+banget. Nyampe hotel jam 1 siang, mandi + keramas bersihin sisa pasir yang menempel, blek..zzzzzz...terkapar sudah kita, begitu juga dengan kamar sebelah, mba Menik dan mba Janna.
Setelah agak segeran, sorenya kita lanjut kuliner makan Baso Bakar+ beli buah2an yang sudah dijadiin keripik di daerah Batu. Ada keripik nangka, salak, nanas, sari buah apel juga. Mauuu??
Day 3- Sempu Island
Jam 05.30 dari penginapan, kita berangkat menuju Pulau Sempu, daerah paling selatan kota Malang. Kita berhenti sebentar di daerah Turen untuk sarapan dengan menu Rawon dan tempe goreng, ajip lah poko'y.
Jam 09.00 kita mulai nyeberang menuju Sempu setelah sebelumnya menunggu kapal nelayan yang akan mengantar kita, dan mengurus ijin di pos penjagaan di Sendang Biru. Penyeberangan ke Sempu sekitar 15 menit, dengan pemandangan TPI dan perahu nelayan yang berjajar di pinggir pantai, pemandangan laut lepas, dan tumbuhan bakau disepanjang arah menuju sempu.
Menyusuri hutan bakau seperti sedang membayangkan berada di sungai2 pedalaman Kalimantan....haha, stop ngayalnya karena tracking menuju segara Anakan segera dimulai.
Kata guidenya, kalo standart tracking bule 30-45 menit, sementara domestik 1,5 jam+istirahat. Tapi kita bisa sejam tanpa berhenti, dengan susah payah yang amat sangat, mengingat jalan dihutannya licin dan lembab. Jadi kita harus berpijak diatas akar pohon yang gede dan pegangan ranting, agar tidak terpeleset. Hutan yang rimbun dan agak gelap cukup membantu sehingga kita tidak terlalu capek karena kepanasan.
Suara deburan ombak laut makin terdengar. Ini membuat kita semakin cepat melangkahkan kaki. Kicauan burung dan air sangat jernih di sepanjang akhir rute tracking membuat makin penasaran abis...hub..hub melompati tebing, daannn...pasir putih. Iya, kita udah sampai...waaaa, bagus banget.
Telaga kecil yang dikelilingi batu karang tinggi yang membatasi dengan laut lepas. Lagoon yang cantik, dengan hole di tebing karangnya, yang berfungsi sebagai suplay airnya. Bener-bener tempat yang cocok untuk melepas penat. Saatnya berenang, maen di pasir putih, dengerin kicauan burung...poko'y judulnya "Sea..Sand..Sun" abis deh. Berasa seperti privete island. Jadi inget "The Beach"nya Leonardo de Caprio..hihi. Ya nih, Phi Phi islandnya Indonesia. Ga kalah bagus ma di Bali, bedanya mungkin disana lebih hedon kali ya (baca: takut mati gaya kesaing ma bule dan ga da budget buat shoping, wkwkwk).
Setelah puas berenang dan ganti baju, selanjutnya kita akan menaiki batu karang yang mengitari lagun melihat laut lepas dengan deburan ombak yang sangat keras. Tebing-tebing raksasa dan gelombang laut yang besar. Dari atas sini kita bisa melihat lagun atau segara anakan dengan view yang lebih bagus lagi.
Setelah puas, kita balik, daann…tracking lagi sambil menunggu perahu nelayan yang akan menjemput kita. Sesampainya di tepi, dan rasa lapar yang amat sangat, kita makan siang dengan Tuna bakar. On the way balik ke penginapan, sampai disana jam 7 malam. Mandi air anget, packiiiiinnggg, besok balik ke Jakarta dengan penerbangan jam 14.45. Tetep… mampir daerah Gempol nyari oleh2 dan makan siang di Sidoharjo.
Perjalanan yang menyenangkan, dengan orang-orang yang “hebat” menurut gue. Disiplin, on time, koordiansi yang oke, planning yang mantab, semuanya well prepared deh, walaupun judulnya “vacation”. Semua terasa maksimal, kecuali gagal liat sun rise ya, itupun kita dah usahain sebaik-baiknya..hihi,
Belajar untuk bisa menghargai dan mensyukuri apapun yang ada di sekitar kita, terutama ketika bisa melihat ciptaan-Mu yang mengagumkan. Berharap, next time diberi kesempatan lagi untuk bisa melihat pemandangan-pemandangan yang menakjubkan lainnya…amiiin
Comments
Post a Comment