Assalamualaikum Cantik,
Tante baru saja membuka file hasil ketikan Mba Atha kemarin. Ada rasa haru, lucu, sekaligus kangen saat membacanya. Tulisan yang bercerita tentang liburan Mbak Atha bersama Mas Fikri dan Mas Hanif di awal tahun baru. Buat seumuran Mbak Atha yang masih duduk di bangku kelas satu SD, menulis setengah halaman merupakan hal yang luar biasa buat Tante. Sudah banyak kemajuan dalam hal menulis dan membaca.
Tante masih ingat bagaimana dulu Mbak Atha susah payah belajar ngetik di laptop. Dengan kemauan keras, berusaha mencari huruf satu per satu di keyboard. Urutan abjadnya tidak sama dengan karton alfabet yang di tempel di dinding kamar. Menyusun huruf demi huruf menjadi sebuah kata, dan merangkaikannya menjadi sebuah kalimat. Setelah Tante rapikan, ternyata tulisannya menjadi tiga perempat halaman. Tante hebat kan? Haha…salah, ternyata tulisan Mba Atha belum pakai spasi, tanda baca, dan masih numpuk satu paragraf.
“Tan, aku boleh istirahat nggak? Capek ngetiknya.”
Tante cuma bisa menganggukkan kepala dan senyum. Sambil duduk Mbak Atha berceloteh,
“Aku mau jadi astronot, Tan?”
“Pengen ke bulan ya, Mbak Atha?”
“Hmm…pokoknya aku suka aja jadi Astronot.” titik tanpa ada alasan lainnya. Geli saja mendengarnya.
***
Buat Tante, Mbak Atha-lah yang selama ini secara tidak langsung memotivasi Tante untuk menulis. Lewat tulisan di blog ini, Tante ingin berbagi cerita. Enam bulan yang lalu, Tante iseng mengikuti workshop menulis. Setiap peserta diharuskan mengirimkan naskah yang nantinya akan dibedah dan dikritisi. Agak minder saat itu, mengingat naskah peserta yang lain bagus-bagus, bahkan sampai beberapa halaman. Karena tidak ada persiapan, maka Tante mengambil salah satu postingan di blog ini, yang berjudul ‘Cerita Kopi dalam Cangkir’. Komentar dari Pak Isa tentang naskah itupun masih terngiang jelas.
“Bahasanya adegan film, kalau untuk cerpen nggak banget. Mungkin kamu sering membaca skenario, jadi cara berceritanya seperti skenario.”
Deg, Tante termenung sejenak saat itu. Mengernyitkan dahi kebingungan. Komentar yang jauh diluar ekspektasi. Bagaimana bentuk buku skenario saja, Tante belum pernah melihatnya, apalagi membacanya. Seperti bisa membaca arah pikiran Tante, Pak Isa kemudian menambahkan,
“Tidak semua orang punya kelebihan membuat bahasa visual. Kamu punya kelebihan itu, jadi asah saja disitu. Kalau kamu belum pernah baca skenario berarti kamu berbakat menulis skenario.”
Akhirnya Tante mengangguk sebagai tanda mengerti, dan berusaha menerima komentar tentang tulisan itu. Namun ada ucapannya terakhir yang cukup melegakan.
“Kamu punya kemampuan untuk menulis. Tulisan monologmu sudah OK, tinggal cari ide yang bagus” tambahnya, sekaligus menutup sesi kelas menulis. Tante meninggalkan ruangan dengan lega. Setidaknya kalimat terakhir itu sudah lebih dari cukup untuk saat itu.
Tante berusaha merunut apa yang terjadi dan coba memahami. Mengapa bahasa tulisannya bisa visual ya? Seperti sebuah petunjuk, akhirnya Tante baru ingat. Dua bulan sesudah workshop, saat mengikuti tes STIFIn, hasilnya menunjukkan bahwa mesin kecerdasan yang ada di otak Tante adalah Intuiting Introvert. Artinya kurang lebih yaitu jenis kepribadian yang berbasiskan pada kecerdasan kreatif (Creativity Quotient), dimana sisi kreatif dan intuisi cenderung lebih dominan. Sementara dalam proses belajar akan lebih mudah dengan memahami konsep yang ditunjang dengan ilustrasi, grafis dan film. Ternyata ada korelasinya terhadap gaya penulisan.
***
Aku punya kemampuan dan kelebihan dalam menulis? Benarkah?
Pertanyaan sekaligus rasa ragu yang terus menari dalam pikiran sampai saat ini. Konon orang bilang kelebihan adalah bintang terang yang ada di diri kita. Namanya juga kelebihan, berarti ada yang lebih kan? Seperti merasa bersalah karena belum sepenuhnya dan serius untuk menggali, mengasah, serta memanfaatkannya. Apakah passion Tante terletak di dalamnya? Mungkin saja.
Surat lamaran kerja dengan posisi Editor, baru saja Tante kirimkan via email. Ada semacam magnet besar yang rasanya menarik kesana. Tante pengen menekuni bidang ini lebih serius. Seandainya passion Tante memang disini, setidaknya ini adalah langkah tepat untuk menjaga agar passion itu tetap menyala. Satu-satunya yang menentramkan saat ini adalah sebuah nasihat seorang teman, untuk tetap mengikuti kata hati dan menghidupkan cita-cita. Jangan pernah takut beda. Jangan takut pula seandainya mungkin tidak tercapai. Bisa jadi Allah telah menyediakan cita-cita lain yang sama baik dan indahnya. Setidaknya ini adalah bentuk rasa bersyukur terhadap kelebihan yang kita punya.
Tetap semangat menulis, Mbak Atha. Terus berlatih dan kembangkan imajinasimu. Suatu hari Tante akan tunjukkan catatan blog ini, saat Mbak Atha sudah mengerti.
Tante punya ide. Bagaimana jika kita menulis bersama? Menerbangkan ide menjulang ke langit, ditemani Astronot cantik bersama bintang terang tentu saja :)
* Untuk astronot Tante yang gemesin, yang menginspirasi tentang bintang terang.
Comments
Post a Comment